Arsip Irma

Senin, 24 Januari 2011

Selasa, 18 Januari 2011

logo irma

koleksi foto

KEBIASAAN

KEBIASAAN

Kebiasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dan sulit untuk ditinggalkan. Kebiasaan yang baik akan berpengaruh terhadap kesuksesan kita, atau sebaliknya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagi berikut:

Kebetulan/ingin tahu > rasa iklas/senang>ingin coba kembali> perawatan/pemeliharaan>kebiasaan.

#Kebetulan/ingin tahu
Kebiasaan berawal dari ini, kadang berasal kebetulan kadang juga dari ingin sendiri, tapi biasanya kebiasaan yang kurang baik terwujud karena rasaingin tahu.

#Rasa iklas/ senang
Setelah mencoba, kebiasaan terwujud setelah kita merasa senang terhadap hal tersebut kalo tidak, karena kita iklas terhadapnya

#Ingin coba kembali
Secara otomatis kalo kita senang mesti akan dicoba kembali

#Pemeliharaan
Tanpa di rawaat tetap akan hilang. Jadi walau sudah diulang berkali –kali harus dirawat

#Kebiasaan

Barulah sampai pada yang namanya kebiasaan

Jadi baagi pembaca semuah mari kita mulai buat sesuatu kebiasaan yang baik bagi agama nusa bangsa dan Negara. Ok…………..

Karya: Bayu P.s

Minggu, 02 Januari 2011

Zaman Pendudukan Jepang

Para sesepuh sering mengingatkan kita kepada primbon atau jangka jayabaya. Diantara jangka Jayabaya salah satunya mengatakan : “besuk nuswantoro iki bakal tekan marang jaman kamardikan, yen wis ono tumapake ratu adil cebol kepalang, tekane soko lor wetan suwene mung sa umur jagung.”
Dalam artian bebas kira-kira : Indonesia akan merdeka setelah ada pemerintahan orang kate, yang datang dari Timur Laut. Lama pemerintahannya hanya selama waktu umur jagung (3,5 bulan)
Jangka Jayabaya tadi ternyata benar-benar terbukti dengan datangnya Tentara Dae Nippon (Jepang) menduduki kepulauan Indonesia dalam kurun waktu 3,5 tahun. Bentuk fisik orang Jepang memang masih pendek-pendek, tingginya rata-rata 150-160 cm berkulit kuning.
Sifat dan system militerisme dalam pendudukan Jepang membawa perubahan yang sangat drastis dalam seluruh segi-segi kehidupan. Sejak dari pemerintahan, kependudukan, sosial ekonomi sampai kebudayaan serta bahasa sangat terasa sekali. Banyak timbul masalah sosial yang diderita rakyat banyak.

A. KONDISI PEMERINTAHAN DAN KEAMANAN
Sistem pemerintahan Militer dilaksanakan oleh Pemerintahan Pendudukan jepang dengan sangat keras. Nama jabatan diganti dengan nama istilah bahasa Jepang :
a. Asisten Wedana diganti nama dengan sonco.
b. Wedana/Penghubung Bupati diganti nama dengan gunco.
c. Bupati/Kepala Daerah diganti nama dengan kenco.
Pembentukan kelompok RT sudah dimulai sejak jaman Pendudukan Jepang dengan nama tonarigumi. Ketua Tonarigumi disebut cumico. Istilah kepangkatan militer diganti juga antara lain:
a. Seorang Komandan Regu harus berpangkat Sersan diberi nama Jepang budanco.
b. Komandan Seksi (Danki) yang berpangkat Letnan diganti dengan nama Jepang soudanco.
c. Komandan Kompi harus berpangkat Kapten diganti dengan nama cudanco.
d. Serta Komandan Batalyon berpangkat Mayor diganti nama menjadi : daidanco.
Untuk pertahanan sipil disusun pula barisan semacam hansip yang dikenal dengan nama keybodan (pembantu polisi) serta yang setara dengan hanra dikenal dengan istilah seinendan (barisan pemuda). Di setiap desa ada anggota yang ditunjuk sebagai Seinendan maupun Keybodan dengan latihan militer secara rutin dipimpin oleh tentara Jepang. Persenjataan Seinendan ini menggunakan senjata Bambu runcing.
Di medan perang terutama di garis depan tentara Dae Nippon sangat membutuhkan pasukan yang tidak sedikit untuk menghadapi pasukan musuh Inggris dan Amerika atau Tentara Sekutu.
Tentara Dae Nippon mendidik para pemuda terutama mengambil dari Keybodan dan Seinendan yang memenuhi syarat kesehatan fisiknya dan pendidikannya untuk dilatih menjadi tentara yang disebut heiho. Yang lulus diberangkatkan ke garis depan, medan perang. Yang gagal bukan dikembalikan ke desa asalnya, tetapi dijadikan pekerja paksa yang disebut romusha. Mereka dipekerjakan di luar Jawa. Ada yang ke Kalimantan, Birma dan Malasyia. Banyak diantara mereka tidak pulang ke tanah air karena akibat kerja paksa dan siksaan yang kejam dari Tentara Dae Nippon itu.
Dari wilayah Patikraja ada beberapa orang ex heiho diantaranya Bp. Sikam dari Notog beserta teman-temannya yang terdaftar dalam lampiran berikutnya. Mengingat Pemerintah Kependudukan Jepang hanya memikirkan kepentingan pertahanan untuk menghadapi musuh besarnya, maka pengendali keamanan dalam negeri kurang mendapat perhatian khusus. Maka di sana sini, di desa-desa timbul tindak kejahatan yang dilakukan oleh penjahat-penjahat berupa Garong, Pencurian, Penodongan dan kejahatan lainnya.
Untuk menanggulangi kejadian-kejadian hanya tergantung kepada kemampuan desa setempat dalam menjaga keamanan desa masing-masing. Namun bila seseorang penjahat dapat tertangkap dan dilaporkan kepada pihak yang berwajib, tentu di bawa ke kantor kempetai serupa dengan Polisi Tentara untuk diadili. Pengadilan itu biasanya tidak manusiawi. Terdakwa mendapat hukuman penyiksaan di luar perikemanusiaan. Antara lain siksaan di jemur di panas matahari. Dimasukkan ke dalam sel tahanan tanpa diberi makanan yang layak. Atau disiksa dengan pemukulan dan tendangan dari para kempetai.
Sebenarnya Pemerintah Dae Nippon (Jepang) pada awalnya bersikap ramah. Mereka menyebar luaskan ajakan yang simpatik berupa propaganda atau slogan-slogan yang mengajak ke arah persatuan menuju kepada rasa nasional atau kebangsaan. Misalnya slogan yang berbunyi :
- Asia untuk bangsa Asia,
- Nippon cahaya Asia,
- Nippon saudara tua kita,
- Indonesia pasti Merdeka dan lain-lain.
Namun karena makin lama di medan perang selalu menderita kekalahan akibat Amerika Serikat melibatkan diri masuk ke dalam Tentara Sekutu, maka akhirnya Tentara Jepang terdesak dan perlu mempertahankan diri mati-matian. Akibat kegagalan itu, tindakan kasar dan kekerasan dengan sasaran penduduk sebagai pelampiasan kekesalan, dilakukan dimana-mana.
Dengan situasi yang demikian mulailah penduduk kurang simpatik kepada pemerintah pendudukan Jepang itu. Mulai timbul rasa nasionalisme. Masyarakat di seluruh desa diharuskan membuat tempat perlindungan dalam tanah, yang atasnya ditimbuni tanah dan rerumputan agar tidak terdeteksi bila dilihat dari udara. Lubang perlindungan ini semacam bunker untuk berlindung sewaktu ada serangan udara dan pemboman dari musuh yang datang menyerang. Bila sewaktu-waktu ada penyerangan, tentara Dae Nippon membunyikan sirine dan desa-desa yang mendengar raungan sirine yang jaraknya cukup jauh dari kota diwajibkan untuk menyambung tanda bahaya udara itu dengan bunyi kenthongan, suaranya 2 macam kenthong yang satu bernada rendah dan yang satunya lagi bernada tinggi. Sehingga bunyinya menjadi suara yang harmonis : dhung-thong, dhung-thong.
Masyarakat bila mendengar suara dhung-thong atau sirine segera bersiap -siap masuk lubang perlindungan dengan menyumbat lubang telinga dengan kapas dan menggigitkan giginya kepada sepotong karet panahan. Tujuannya mencegah agar tidak mendengar kegaduhan tentara Jepang dan tidak membuka mulut bercakap-cakap bila melihat tentara. Masuk lubang perlindungan dikatakan ; ono dhung-thong hayo mlebu ngerong (ada bahaya mari masuk lubang)
Dhung-thong adalah sebagai siasat atau cara menipu rakyat agar lebih tenang bila sewaktu-waktu ada bahaya, kesibukan tentara Jepang dalam mengatur siasat dan gerakan persiapan perbekalan perang saja.
Tanda bahaya atau bunyi dhung-thong bukan saja pada siang hari, tetapi malam hari pun selalu terdengar tanda bahaya itu. Bila malam hari terdengar tanda bahaya, penduduk dilarang pula ada sinar lampu. Semuanya harus dipadamkan. Pemadaman lampu ini dijaga ketat oleh para seinendan dan keybodan yang bertugas dengan beringas. Pendudukpun tak dapat berbuat apa-apa, hanya kasihan bagi yang mempunyai anak kecil. Dapatnya hanya menghidupkan sinar lampu kecil yang diselubungi dengan kurungan rinjing atau kertas agar sinarnya tidak nampak dari luar. Rasa takut dan rasa benci terhadap tentara Jepang semakin tebal pada dada rakyat kecil.

pacaran menurut islam

Islam Kok Pacaran
oleh Aliman Syahrani
Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.

Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.

Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).

Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual da lam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?

Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !

Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam diidentikkan sebagai apa yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).

Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."

Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalih" dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atawa memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya." Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !

Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.

Dikutip dari: http://www.indomedia.com/bpost/012000/24/opini/resensi.htm

Artikel II
Pacaran dalam Islam
Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?

Memiliki rasa cinta adalah fitrah

Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.

Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran dalam perspektif islam

In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)

Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).

Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).

Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."
Wallahu A'lam bish-Showab

aplikasi dan games

f

member